Jejak Potensi - Suara adzan Dzuhur baru saja usai berkumandang dari masjid kecil di tengah Desa Patemon. Angin siang berhembus pelan, menyapu daun-daun kelapa yang menari pelan di antara keheningan kampung.
Di tempat suci itulah, secara tak sengaja saya bertemu dengan salah satu sesepuh Desa. Usianya telah mencapai 87 tahun. Langkahnya memang tak lagi secepat dulu, namun pancaran wajahnya memancarkan keteduhan, dengan mata yang jernih dan senyum yang hangat. Di sela-sela beliau yang akan beranjak pulang, beliau menyempatkan diri untuk memulai percakapan singkat namun penuh makna.
Beliau menyampaikan banyak pengalaman hidup, namun ada satu petuah yang begitu melekat di hati:
“Dadi wong bejo kemayangan. Wong seng iso sabar, gemi lan ikhlas.”
Artinya: Jadilah orang yang benar-benar beruntung, mereka yang mampu bersabar, hidup hemat, dan ikhlas.
Menurut beliau, keberuntungan sejati tidak hadir dari nasib semata. Ia tumbuh dari kesanggupan seseorang menjalani hidup dengan hati yang lapang, kesabaran dalam menghadapi ujian, serta kemampuan untuk menerima dan memberi tanpa pamrih.
Di tengah perubahan zaman yang begitu cepat, nilai-nilai ini terasa seperti oase. Desa Patemon yang damai menjadi saksi bahwa kebijaksanaan tak selalu lahir dari ruang-ruang megah. Kadang, ia muncul dalam obrolan sederhana, dari sosok yang telah melewati puluhan musim hujan dan kemarau.
Jejak hari ini menjadi pengingat bahwa dalam setiap langkah, kita butuh bekal batin: sabar, gemi, dan ikhlas. Sebab seperti kata beliau, "wong bejo kemayangan."

Posting Komentar
Posting Komentar